KARAKTERISTIK INDIVIDU MASA DEPAN

 Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji dan rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala kenikmatan dan karunia terbaik-Nya, khususnya .

Nikmat berupa kesempatan untuk menyelesaikan Modul 1  kegiatan Belajar 1 dengan judul: “Karakteristik Individu Masa Depan “ ini.

Melalui judul tersebut, penulis mencoba memberikan sedikit gambaran teoritis dan empiris mengenai pendidikan anak usia dini yang berangkat dari upaya penegenalan dan perhatian terhadap fungsi saraf anak usia dini dalam merumuskan metode pembelajaran. Hal ini tentu sesuai dengan penjabaran dari teori neurosains dalam terapannya terhadap individu dalam rentang golden age, sebagaimana yang penulis pahami.

Tujuan penulisan modul ini tentu demi memberikan sebuah gambaran yang konseptual bagi para pendidik anak usia dini dan juga para orang tua. Agar mampu membantu mengarahkan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam anak agar kelak bisa tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter dan tangguh. Pribadi yang bukan saja memahami potensi dalam dirinya namun mampu mengolah dan mengembangkannya sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin meningkat maju.

Semoga hasil dari penulisan ini memiliki kebermanfaatan yang luas dalam khasanah pengetahuan ilmu PAUD, baik bagi seluruh pembaca modul maupun bagi penulis.

Gresik, 27 Juli 2021

 

                                                                                    Penulis 








Kegiatan Belajar 1

Karakteristik Individu Masa Depan

A.  Pendahuluan

1.      Deskripsi Singkat

karakteristik anak usia dini, kita sering mendengar bahwa seorang anak mencapai masa keemasan saat usia dini. apalagi terhadap peribahasa yang mengatakan bahwa menuntut ilmu saat kecil bagai mengukir di atas batu maka ukiran akan tetap ada hingga usia kita tidak muda lagi. untuk itu sangat perlu memahami karakteristik anak usia dini agar bisa menentukan bagaimana metode belajar  yang baik untuk si kecil. Apabila orang tua sudah menemukan  cara belajar yang baik bagi anak, tentunya fondasi anak di masa keemasan akan berkembang dengan baik.

Karakteristik yang dimiliki individu sangat menentukan  masa depan dirinya maupun masa depan dari suatu bangsa. Agar anak memiliki karakteristik yang positif dan sejalan dengan nilai dan norma yang ada di kehidupan anak, maka penanaman karakteristik pada anak haruslah sesuai dengan nilai dan budaya yang berkembang di masyarakat. Mengapa demikian? agar anak tidak tercerabut dari akar budayanya.

Karakteristik seorang anak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga sebagai pihak yang pertama dan utama dalam membangun karakteristik anak, lalu lingkungan sekolah melengkapi penanaman karakteristik anak didiknya. Selanjutnya, lingkungan masyarakat ikut pula mewarnai karakteristik seorang anak, termasuk didalamnya faktor yang dipengaruhi oleh media massa.

 

2.      Relevansi

Karakteristik seorang anak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga sebagai pihak yang pertama dan utama dalam membangun karakteristik anak, lalu lingkungan sekolah melengkapi penanaman karakteristik anak didiknya. Selanjutnya, lingkungan masyarakat ikut pula mewarnai karakteristik

seorang anak, termasuk didalamnya faktor yang dipengaruhi oleh media massa.

 

3.      Petunjuk Belajar

Kegiatan belajar berisi sejumlah kemampuan yang diharapkan dapat dicapai di akhir kegiatan belajar yaitu mahasiswa PPG mampu membandingkan karakteristik perkembangan anak dengan mengacu kepada

ciri individu abad 21 dan mampu mengimplementasikan teori neurosains dalam pendidikan. Dalam kegiatan pembelajaran ini, materi pembelajaran bagi mahasiswa PPG yang bersifat mandiri; sehingga mahasiswa PPG perlu mempelajari kegiatan belajar ini dengan seksama, lalu mengimplementasikannya dalam membuat perencanaan pembelajaran. Modul ini juga dilengkapi dengan materi pengayaan yang dapat diunggah berdasarkan link yang diberikan (terlampir).

 

B.  Inti

1.      Capaian Pembelajaran

Mampu menganalisis perkembangan anak sebagai capaian pembelajaran dalam bentuk indikator perkembangan memuat pemahaman tingkat tinggi dengan mengacu pada STPPA sebagai dasar merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini yang berkarakter (logis, jujur, bertanggungjawab, disiplin, kritis, percaya diri, dapat bekerjasama) berbasis active resources learning.

 

2.      Pokok – Pokok Materi

1. Karakteristik Individu Abad 21

2. Implementasi Teori Neurosains dalam Pendidikan

3.      Uraian Materi

1. Karakteristik Individu Abad 21

1. Batasan Istilah



Karakteristik individu dimaknai sebagai ciri dan tanda-tanda yang ditunjukkan oleh anak berdasarkan forum diskusi perkembangan dan indikator yang dapat diobservasi (observable) dan diukur (measurable). Karakteristik setiap individu berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Selain itu, karakteristik di setiap rentang usia anak memiliki tonggak perkembangan sebagai penanda bahwa anak sudah mencapai titik tertinggi dari perkembangan. Karakteristik individu akan terus berubah secara berkesinambungan seiring dengan pertambahan usia anak.

Selanjutnya anak usia dini sebagai individu adalah sosok yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Atau bila mengacu pada pendapat dr. Theresia Santi, S.P.A seorang dokter spesialis anak. Masa pertumbuhan pesat tersebut disebut dengan masa golden age, yakni pada rentang usia 1000 hari pertama manusia.  Pada masa ini, otak bertumbuh secara maksimal, begitu pula pertumbuhan fisik. Selain itu, masa tersebut juga terjadi perkembangan kepribadian anak dan pembentukan pola perilaku, sikap, dan ekspresi emosi. Untuk itu orang tua harus sangat peka dan teliti dalam menghadapi, memperlakukan anak. Karena bila berbagai kebutuhan anak diabaikan pada masa golden age, anak dikhawatirkan mengalami tumbuh kembang yang kurang optimal. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Berk, 1992:18).

Pendidikan mencakup usaha sadar untuk menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan perkembangan yang optimal dari potensi yang dibawa lahir oleh peserta didik sejak dini. Pendidikan anak usia dini (PAUD) sebagai bagian dari seluruh usaha sadar melaksanakan pembangunan manusia seutuhnya, sejak dekade terakhir telah mengambil tempat yang sentral dalam membangun masyarakat Indonesia. Karenanya proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”. Selanjutnya pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, USPN, 2004:4).

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial-emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap - tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Contohnya, ketika menyelenggarakan lembaga pendidikan seperti Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-kanak (TK) atau lembaga PAUD yang sejenis

Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru lahir sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada kemampuan fisik, intelegensi/koginitif, emosional dan sosial-edukasi.

Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan Anak Usia Dini maka penyelenggaraan pendidikan bagi Anak Usia Dini disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh Anak Usia Dini. Upaya PAUD bukan hanya dari sisi pendidikan saja, tetapi termasuk upaya pemberian gizi, kesehatan, perawatan, pengasuhan dan perlindungan pada anak sehingga dalam pelaksanaan PAUD dilakukan secara terpadu dan komprehensif

Pendidikan pada Anak Usia Dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Oleh karena anak merupakan pribadi yang unik dan melewati berbagai tahap perkembangan kepribadian, maka lingkungan yang diupayakan oleh pendidik dan orang tua yang dapat memberikan kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi berbagai pengalaman dengan berbagai suasana, hendaklah memperhatikan keunikan anak- anak dan disesuaikan dengan tahap perkembangan kepribadian anak. Contoh: jika anak dibiasakan untuk berdoa sebelum melakukan kegiatan baik di rumah maupun lingkungan sekolah dengan cara yang paling mudah dimengerti anak, sedikit demi sedikit anak pasti akan terbiasa untuk berdoa walaupun tidak didampingi oleh orang tua ataupun guru mereka.

Usia lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu sebagai usia penting bagi pengembangan inteligensi permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi. Informasi tentang potensi yang dimiliki anak usia itu, sudah banyak terdapat pada media massa dan media elektronik lainnya.

2. Ciri dan Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini

Anak adalah buah hati Orang tua, dari kalangan manapun mereka berasal, dari desa, dari kota, orang kaya, orang miskin, bahkan orang miskin habis sekalipun selalu mendambakan anak yang “sehat, cerdas, ceria dan berahlak mulia”. Semboyan PAUD di Indonesia tersebut mudah diucapkan, dan semoga mudah juga direalisasikan. Kita semua yang cinta dan peduli pada Anak Usia Dini tentunya menyadari bahwa yang namanya anak itu hanyalah titipan dari Sang Maha Pencipta.


Titipan yang harus disyukuri, harus dirawat, diasuh dan dididik dengan penuh cinta kasih dan tanggungjawab. Sebagai mahluk yang beragama tentunya kita semua percaya bahwa suatu saat kelak, entah kapan waktunya, tetapi pasti akan terjadi, kita sebagai orang tua akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang telah kita perbuat dan kita lakukan terhadap anak-anak yang telah lahir ke dunia. Sudahkah kita menyiapkan mereka untuk menjadi anak yang berguna bagi dirinya sendiri, keluarganya, dan masyarakat, serta menjadi hamba Tuhan yang selalu patuh akan perintah dan laranganNYA; sehingga suatu hari mereka akan menjadi manusia sempurna “insan paripurna yang memiliki akhlakul kharim

ah”. Apabila hal itu sudah terjadi, maka lengkap sudah kehidupan ini, bahagia di dunia dan di akhirat. Ciri-ciri yang pada umumnya terjadi pada rentang masa Anak Usia Dini, dari lahir sampai dengan 6 tahun antara lain ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

a.       Pola  yang Unik

Setiap anak adalah unik, secara pribadi setiap anak akan mengembangkan pola reaksi masing-masing terhadap rangsangan atau kejadian yang dialaminya, dan setiap anak akan berkembang sesuai dengan tempo dan kecepatan masing–masing. Dengan demikian kecepatan perkembangan seorang anak tidak selalu sejalan dengan kawan–kawannya maupun dengan usia kronologisnya.

Pola tingkah laku anak pada beberapa keadaan pada dasarnya dipengaruhi oleh sikap mental dan fisik yang dimiliki sejak lahir serta pengaruh keadaan disekelilingnya pada masa pertumbuhan tersebut. Setiap anak itu unik, individual differences terjadi karena adanya 3 faktor yaitu genetik, lingkungan dan kematangan yang mempengaruhi perkembangan manusia dan ketiga faktor tersebut saling berinteraksi

b.      Berfikir  Kongkrit

Berpikir konkrit pada anak adalah sebuah tanda bahwa seorang anak sudah mampu berpikir rasional, seperti penalaran untuk menyelesaikan sebuah masalah. Melalui perkataan lain berpikir konkrit adalah berpikir dalam dimensi ruang, waktu dan tempat. Umumnya terjadi pada usia 6 sampai 12 tahun. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah: Pengurutan, kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya; Klasifikasi, kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut; Decentering, anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk dapat memecahkannya; Reversibility, anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal.

c.       Belajar melalui indra

Peran indera sensornya sangat menentukan anak dalam membantunya berperilaku, misalnya dengan cara meraba, mencium, memasukan ke mulut benda-benda yang ada di sekitarnya. Selain itu juga, motor atau gerak anak juga sangat mendukung perkembangan kognitif bayi, semakin banyak bayi bergerak, maka semakin besar kesempatan bayi untuk berinteraksi dengan benda-benda atau orangorang yang baru dilihatnya sehingga menambah jumlah skema-skema yang ada di kepalanya. Menurut pandangan Montessori, ia meyakini bahwa panca indra adalah pintu gerbang masuknya berbagai pengetahuan kedalam otak manusia karena perannya yang sangat strategis, maka seluruh panca indera harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai fungsinya.

d.      Selalu ingin bergerak

Masa ini saat anak mulai banyak bergerak, yaitu usia 6 bulan dan memasuki usia rawan. Anak tetaplah anak yang mempunyai dunia sendiri, selalu mencoba hal-hal baru, dan merusak karena rasa ingin tahu. Keaktifannya bergerak, seperti berlarian, melompat, memanjat, bahkan jatuh berguling-guling, itu semua adalah dunianya. Jika kita larang, ia akan memberontak. Anak akan mengerti arti setiap gerakannya jika kita beri kesempatan dengan tetap memerhatikan keselamatannya. Faktor–faktor genetik memainkan peran sekurangkurangnya dalam beberapa kasus gangguan hiperaktif, tetapi mekanisme yang tepat bagaimana gangguan tersebut diteruskan merupakan masalah kompleks dan kurang dipahami.

e.      Masa Peka

Merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali dipengaruhi dan dikembangkan. Masa Peka dibagi menjadi : (1) Sensitive Periods For Order lahir-3 tahun dimana anak memiliki kebutuhan yang kuat terhadap keteraturan; (2) Sensitive Periods For Details 1-2 tahun dimana anak akan memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang kecil; (3) Sensitive Periods For Using Hands 18 bulan-3 tahun dimana anak-anak secara konsisten menggenggam benda-benda yang disentuhnya; (4) Sensitive Periods For Movements dimana periode kepekaan yang paling mudah dibaca adalah berjalan; (5) Sensitive Periods For Learning Language dimana secara tidak sadar dilakukan antara usia 3 bulan - 3 tahun dan secara sadar saat usia 3 - 6 tahun.

f.        Masa Egoistik

Perasaan senang atau perasaan tidak senang pada kehidupan sehari hari disebut warna efektif. Terkadang warna tersebut lemah atau kuat atau samar-samar. Jika, perasaan/warna efektif ini kuat maka perasaan lebih mendalam, lebih terarah dan luas sehingga perasaan-perasaan itu disebut emosi. Perasaan atau afek yang terjadi ketika berada dalam suatu kondisi atau sedang berada di dalam suatu kondisi yang sifatnya berubah-ubah. Peniruan sesaat yang dilakukan anak dalam memperhatikan perilaku dan perkataan maupun sikap orang lain. Pada masa ini, proses peniruan anak terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya tampak semakin meningkat. Peniruan ini tidak saja pada perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang disekitarnya tetapi juga terhadap tokoh-tokoh khayal yang sering ditampilkan di televisi. Pada saat ini orang tua atau guru haruslah menjadi tokoh panutan bagi anak dalam berperilaku. Peniruan akan terjadi apabila ada hal yang menarik, baru, konsisten dan berkesan.

g.       Emosi yang berubah – ubah

Perasaan senang atau perasaan tidak senang pada kehidupan seharihari disebut warna efektif. Terkadang warna tersebut lemah atau kuat atau samar-samar. Jika, perasaan/warna efektif ini kuat maka perasaan lebih mendalam, lebih terarah dan luas sehingga perasaan-perasaan itu disebut emosi. Perasaan atau afek yang terjadi ketika berada dalam suatu kondisi atau sedang berada di dalam suatu kondisi yang sifatnya berubah-ubah.

h.      Masa meniru

Kemampuan meniru memiliki dasar biologis, karena bayi dapat menirukan ekspresi wajah pada beberapa hari pertama setelah kelahiran. Ia juga mengedepankan bahwa kemampuan untuk berespon tidak langsung berupa sebuah sistem utuh, namun melibatkan fleksibilitas dan adabtabilitas. Berdasarkan pengamatan Meltzoff terhadap bayi pada 72 jam pertama kehidupannya, diketahui bahwa bayi secara berangsur-angsur memperlihatkan suatu respons peniruan yang semakin utuh berkaitan dengan ekspresi wajah orang dewasa, misalnya menjulurkan lidah atau membuka mulut lebar-lebar

i.         Masa Berkelompok

Saat anak memasuki usia Taman Kanak-kanak (4–6 tahun) anak memasuki usia berkelompok. Tak heran bila diusia ini sudah banyak terbentuk geng dan setiap anak ingin menjadi bagian dari geng yang dianggapnya cocok. Mengapa hal ini terjadi, karena perkembangan jaman dan teknologi yang membuat anak semakin cepat dewasa di usianya. Kemungkinan besar, anak membutuhkan banyak teman karena di rumah anak merasa sendiri, karena kedua orangtuanya bekerja. Kalaupun ada saudara orangtua atau pengasuhnya tetap saja anak merasa mereka tidak dapat menjadi gengnya.

Pertemanan dalam kelompok di usia TK ini belumlah terlalu erat satu dengan lainnya, mereka baru belajar untuk bekerjasama, membangun hubungan yang harmonis antar teman sebaya. Namun, bila orangtua atau orang dewasa lain memanggilnya, anak cepat membubarkan gengnya tanpa susah-susah mereka kembali ke rumahnya.

j.        Masa bereksplor

adalah kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dari situasi yang baru. Masa ini terjadi pada usia 2-3 tahun, dan ciri perkembangan penting pada masa ini adalah pencapaian kematangan dalam perkembangan motorik dan kematangan dalam berbicara. Terdapat Tipe eksplorasi dalam proses pembelajaran anak: (1) realistis mudah mempelajari hal-hal secara langsung atau melalui benda-benda nyata, lebih banyak menggunakan benda sesuai fungsi aslinya; (2) imajinasi memanfaatkan benda-benda sekitar menjadi alat bermain/belajar sesuai imajinasinya; (3) observasi lebih mudah mempelajari berbagai hal dengan memperhatikan/mengamati dan hasil pengamatannya akan ditiru; (4) eksperimen, akan mempelajari berbagai hal dengan mengamati sekaligus mencobanya, biasanya sering melakukan percobaan terhadap hal yang memuaskan rasa ingin tahunya

k.       Masa pembangkangan

adalah suatu tindakan anak pada usia 2-6 tahun yang terbentuk karena adanya proses yang tidak sesuai dengan usianya, oleh karena itu perilaku membangkang merupakan suatu bentuk perilaku yang harus dijalani anak dalam tahapan, pengertian dan pemahaman terhadap dunia di luar dirinya, sehingga anak dapat membedakan antara dirinya dengan lingkungannya.

 

3.Karakter Anak Usia Dini di Abad 21

Pembangunan karakter bagi seluruh komponen bangsa haruslah dimulai sejak dini. Pendidikan karakter yang diberikan sejak usia dini akan melekat erat dalam sanubari anak. Mengingat pada masa usia dini, terdapat masa peka atau periode sensitive (sensitive period). Pada masa peka ini anak akan mudah meniru apa yang didengar, dilihat dan atau dilakukan oleh orang tua atau orang dewasa lainnya. Seolah anak menjadi peniru yang ulung dari semua perilaku Orang tua/orang dewasa. Nah, untuk itulah Orang tua/orang dewasa lainnya harus memberikan contoh-contoh yang baik dalam berperilaku baik lisan tulisan ataupun perbuatan. Di sisi lain anak juga perlu diperkenalkan tentang perilaku buruk yang tidak boleh diikuti atau ditiru dengan alasan rasional yang sesuai dengan tahapan berpikir anak yang masih bersifat sensorimotor dan pra operasional kongkrit. Berikut adalah perilaku yang berbasis karakter yang dibutuhkan oleh anak usia dini yang kelak akan hidup dan memegang tanggungjawab besar dalam pembangunan bangsa, sebagai berikut:

a). Logis.

Menurut Aristoteles, logis adalah sebuah perkataan mengenai cara berpikir yang berpedoman pada sebuah keilmiahan. Bahkan, cara berfpikir tersebut akan membentuk sebuah pemikiran yang dapat membaur dengan pemikiran orang lain.

b). Jujur

Menurut ahli Mohammad Mustari, pengertian jujur adalah suatu perilaku manusia yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap dirinya maupun pihak lain.

c). Bertanggung Jawab

Yakni sikap berani menerima atau menanggung segala konsekuensi dari perbuatan atau perkataan.

d) Displin

Yakni sikap kepatuhan dan ketaatan terhadap segala aturan dan ketentua-ketentuan yang diterapkan dalam lingkungan sosial.

e). Berfikir Kritis

Menurut Plato, Berpikir adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Proses berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu: pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.

f). Percaya diri

adalah suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam melakukan tindakan tidak terlalu sering merasa cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan, dan memiliki tanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang dilakukan. Hal ini sama seperti yang pernah dikatakan Mandy Hale dalam bukunya, “You will never gain anyone’s approval by begging for it. When you stand confident in your own worth, respect follows.”  

g). Bekerjasama

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kerja sama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah dan sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama.

2. Implementasi Teori Neurosains dalam Pendidikan

 1. Hakikat Teori Neurosains

Istilah neurosains muncul bersamaan dengan arus deras teknologi yang seakan terus berlari cepat dan sanggup mengubah berbagai caracara tradisional menjadi sesuatu yang lebih bermakna di era revolusi industri ini. Pada dasarnya neurosains bicara tentang cara kerja otak manusia. Dimana otaklah yang mengatur semua perilaku manusia sehingga dapat mengubah dunia menjadi seperti yang manusia pikirkan.

Pandangan terkini tentang neuroscience yang meyakini bahwa pertumbuhan dan perkembangan otak sebenarnya ditentukan oleh sel syaraf panjang yang mengantarkan pesan-pesan listrik lewat sistem syaraf dan otak yang disebut dengan neuron. Otak yang telah terbentuk itu menghasilkan neuron yang jumlahnya kurang lebih 100 milliaran yang mana jumlah ini jauh melebihi kebutuhan yang sebenarnya. Neuron-neuron yang telah terbentuk ini terus tumbuh dan berkembang dengan mengeluarkan

Sambungan transmisi jarak jauh sistim syaraf yang dinamakan akson. Di setiap ujungnya, akson-akson ini mengeluarkan cabang-cabang sebagai penghubung sementara dengan banyak sasaran. Kegiatan inilah yang sebenarnya merupakan kerja sel-sel otak dalam mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan oleh manusia dari sejak terjadinya konsepsi sampai menjelang ajalnya.

Jadi, pada hakikatnya teori neurosains menjelaskan tentang pembelajaran berbasis perkembangan otak manusia. Bagaimana otak bisa bekerja dengan sempurna, maka seharusnya demikian pula proses pembelajaran dilakukan. Misalnya otak itu akan bisa bekerja dalam situasi kondisi aman, nyaman dan menyenangkan, maka proses pembelajaran pun akan sukses apabila situasi dan kondisi di dalam kelas ataupun diluar kelas haruslah aman, nyaman dan menyenangkan pula

Setidaknya bagi pengajar PAUD dan juga orang tua wajib memahami dan memperhatikan tahapan dalam diri anak usia dini.

pertama, Tahap pertumbuhan. yakni tahap di mana anak akan mengalami pertumbuhan fisik, mulai dari peningkatan berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Dalam tahap ini, orang tua perlu untuk melakukan pemantauan, terutama mengenai status gizi anak untuk mendukung pertumbuhan fisiknya secara optimal.

kedua, Tahap Perkembangan Anak. Dalam tahap ini, anak yang mengalami lima jenis perkembangan antara lain:
Motorik kasar, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan gerakan tubuh dalam menggunakan otot besar, Motorik halus, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan keterampilan fisik yang melibatkan koordinasi mata, tangan, dan otot-otot kecil. Contohnya adalah menggunakan pensil, mengancing baju, menggunakan sendok dan garpu, melipat kertas, dan lain-lain.  Kognitif, yaitu kemampuan anak dalam mengolah dan mengelompokkan sesuatu yang tampak oleh inderanya. Bicara, yaitu perkembangan bicara seorang anak yang meliputi berceloteh (cooing) saat usia 2-3 bulan, mengoceh (babbling) saat usia 6-9 bulan, dan telah memahami kosa kata dan perintah hingga kalimat seiring pertumbuhan usia. dan juga Interaksi sosial, yaitu perkembangan anak dalam melakukan interaksi terhadap orang dan lingkungan sekitarnya. Contohnya saat anak berusia tiga bulan mulai tersenyum, usia enam bulan mulai tertawa, dan usia sembilan bulan mengucapkan kata sederhana seperti ‘bye-bye’ sebagai respons terhadap sekitarnya. Biasanya saat mencapai usia 1-2 tahun anak juga sudah mulai bermain dengan teman atau anak lain.

2. Temuan tentang Neurosains dalam Pembelajaran

Neurosains adalah sistim pendidikan baru yang mempelajari tentang sistim kerja syaraf. Pendidik umumnya jarang memperhatikan permasalahan ini. Pengabaian terhadap sistim ini menyebabkan suasana pembelajaran menjadi mati.

Masa usia dini adalah masa keemasan di sepanjang rentang kehidupan manusia. Montessori menyatakan masa emas itu ditandai dengan berapa ciri berikut: (1) Anak lebih mudah untuk belajar, yang disebut dengan periode sensitif untuk belajar; (2) Anak mudah menyerap (absorbent mind) hampir semua yang dipelajarinya dari lingkungan; (3) Anak belajar melalui alat inderanya untuk bereksplorasi, anak membutuhkan kesempatan untuk bergerak; (4) Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan rangsangan-rangsangan sensoris ke otak, maka semakin berkembang kecerdasannya (Britton 1992; Ag Soejono 1988; Essa 2003; Brewer 2007). Mengutip dari pendapat Yuliani Nurani (2014) dikatakan bahwa setiap anak lahir ke dunia membawa potensi bawaan yang merupakan faktor keturunan yang berupa kemampuan awal yang dimiliki individu yang baru dilahirkan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Potensi-potensi yang terbentuk pada saat terjadinya konsepsi adalah potensi fisik dan potensi psikis. Potensi fisik berkenaan dengan aspek-aspek fisik dan kerja organ-organ fisik (physically aspects and physically organs work), sedangkan potensi psikis berkenaan dengan aspek-aspek kejiwaan (psychologically aspects) (4) Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan rangsangan-rangsangan sensoris ke otak, maka semakin berkembang kecerdasannya (Britton 1992; Ag Soejono 1988; Essa 2003; Brewer 2007). Mengutip dari pendapat Yuliani Nurani (2014) dikatakan bahwa setiap anak lahir ke dunia membawa potensi bawaan yang merupakan faktor keturunan yang berupa kemampuan awal yang dimiliki individu yang baru dilahirkan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Potensi-potensi yang terbentuk pada saat terjadinya konsepsi adalah potensi fisik dan potensi psikis. Potensi fisik berkenaan dengan aspek-aspek fisik dan kerja organ-organ fisik (physically aspects and physically organs work), sedangkan potensi psikis berkenaan dengan aspek-aspek kejiwaan (psychologically aspects) Melalui kegiatan-kegiatan pertumbuhan dan perkembangan otak inilah yang menyebabkan seorang anak manusia memiliki potensi yang unggul yang nantinya akan menjadi kemampuan anak secara fisik maupun psikisnya (Nash, 1997)

Berdasarkan hal tersebut, penulis berpikir alangkah ruginya apabila Orang tua dan orang dewasa lainnya mengabaikan masa-masa usia dini ini. Masa emas ini tidak akan pernah terulang kembali, dan apabila nueron-neuron yang siap untuk saling bersambungan itu tidak mendapatkan stimulus, maka mereka akan mati untuk selamanya. Itu berarti, hilangnya satu potensi kecerdasan pada diri seorang anak. Anak usia dini berkembang tidak saja dari pengaruh bawaan (nativistik) saja, tetapi juga dipengaruh oleh faktor lingkungannya. Merujuk pada pemikiran Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan anak didik dari masyarakatnya. Ironisnya, ternyata pendidikan sampai sekarang ini masih ada yang hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan anak didik dari masyarakatnya. Ironisnya, ternyata pendidikan sampai sekarang ini masih ada yang hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.

3. Kontribusi Teori Neurosains dalam Pendidikan

Situasi dan kondisi kelembagaan PAUD masih memiliki banyak keterbatasan dalam  menyelenggarakan PAUD holistik dan integratif, diantaranya: (1) pelayanan masih bersifat parsial (belum memenuhi seluruh aspek kebutuhan esensial anak), (2) rendahnya pemahaman pendidik dan tenaga kependidikan, serta para pemangku kepentingan tentang pentingnya pengembangan anak usia dini yang holistik integratif, (3) kualitas pengelolaan kurang profesional, (4) fasilitas pelayanan kurang memadai (5) distribusi dan kualitas SDM kurang merata, (6) keterbatasan dana dan (7), lemahnya koordinasi atau kerjasama dengan lembaga lain yang terkait,

Mengatasi permasalahan tersebut, menjalin kerjasama dengan pihak atau lembaga lain yang mempunyai kewenangan dan kemampuan dalam memberi layanan kepada anak menjadi sangat penting. Misalnya, untuk memberi layanan tentang kesehatan dan gizi anak, lembaga PAUD dapat bekerja sama dengan orang atau lembaga yang ahli di bidang kesehatan gizi. Misalnya Dinas Kesehatan (puskesmas), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Sementara itu, agar masyarakat, khususnya orang tua atau pendidik dapat melindungi, menjaga dan menghargai hak-hak anak, lembaga PAUD dapat bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) atau Komisi Perlindungan Anak. Masalah pendidikan keOrang tuaan (parenting) dapat melibatkan berbagai ahli di bidang pendidikan keOrang tuaan (parenting). Dengan demikian layanan yang diberikan kepada anak, selain bersifat holistik, juga bersifat integratif, karena banyak melibatkan lembaga lain yang terkait dan peduli terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal.


 

A.      Rangkuman

Karakteristik Individu adalah ciri dan tanda-tanda yang ditunjukkan oleh anak berdasarkan Forum Diskusi perkembangan dan indikator yang dapat diobservasi (observable) dan diukur (measurable). Karakteristik setiap individu berbeda antara satu individu dengan individu lainnya, untuk itu program layanan pendidikan yang diberikan haruslah berbeda pula. Implementasi teori neurosains dalam pendidikan diarahkan untuk menjadikan manusia khususnya Anak Usia Dini menjadi lebih manusiawi dalam hal belajar melalui bermain. Yang dipentingkan “bukanlah pada bagaimana guru mengajar, tetapi lebih kepada bagaimana agar anak mau belajar.”

Untuk itu, peran guru anak usia dini adalah sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, guru perlu mempersiapkan dengan sebaik-baiknya ruang kelas yang menarik dan menantang, menyiapkan media dan sumber belajar yang sesuai dengan tubuh kembang anak, menciptakan suasana belajar melalui bermain yang aman, nyaman dan menyenangkan

Situasi dan kondisi kelembagaan PAUD masih memiliki banyak keterbatasan dalam menyelenggarakan PAUD holistik dan integratif, diantaranya: (1) pelayanan masih bersifat parsial (belum memenuhi seluruh aspek kebutuhan esensial anak), (2) rendahnya pemahaman pendidik dan tenaga kependidikan, serta para pemangku kepentingan tentang pentingnya pengembangan anak usia dini yang holistik integratif, (3) kualitas pengelolaan kurang profesional, (4) fasilitas pelayanan kurang memadai (5) distribusi dan kualitas SDM kurang merata, (6) keterbatasan dana dan (7), lemahnya koordinasi atau kerjasama dengan lembaga lain yang terkait,

 

 

 


 

B.  Latihan Soal

a.      Soal Pilihan ganda

 

1.    Pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran yang menghasi//lkan kemmapuan dan ketrampilan anak adalah …

a.       Karakteristik Anak Usia Dini

b.      Ciri dan karakteristik Anak Usia Dini

c.       Pendidikan bagi anak Usia Usia Dini

d.      Pertumbuhan Anak Usia Dini

 

2.    Anak mengeksplor indranya baik penciuman, perasaan, peraba, penglihatan dan pendengaran, belajar melalui indra dapat dilakukan dengan cara …

a.       Makan

b.      Bermain

c.       Lari

d.      Menangis

 

3.    Pada usia berapakan anak taman kanak – kanak memasuki usia berkelompok …

a.       4 – 6 Tahun

b.      3 – 4 Tahun

c.       0 – 3 Tahun

d.      2 – 3 Tahun

 

4.    Masa usia dini adalah masa keemasan disepanjang rentang kehidupan manusia, mentessori menyatakan  masa emas itu ditandai dengan beberapa ciri dibawah ini kecuali

a.       Anak lebih mudah untuk belajar

b.      Anak mudah menyerap

c.       Anak mudah putus asa

d.      Anak belajar melalui alat indranya untuk mengeksplor

 

5.    dibawah ini adalah ciri – ciri yang pada umumnya terjadi pada rentang masa anak usia dini dari lahir sampai 6 tahun antara lain ditandai dengan hal – hal sebagai berikut kecuali …..

a.       Berfikir konkrit

b.      Pola yang unik

c.       Belajar melalui indra

d.      malas belajar

b.      Soal  Esai

 

1.    Apakah yang dimaksud dengan anak usia dini sebagai individu ?

2.    Apa yang harus dilakukan kita  sebagai seorang pendidik / orang dewasa agar anak tidak tercabut dari akar budayanya ?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

C.  Daftar Pustaka

Allen, K Eileen dan Lynn R. Marotz. 2010, Developmental Profil: Pre-Birth

Aminul Wathon, https://media.neliti.com/media/publications/177272-ID-neurosains-dalam-pendidikan.pdf. diakses tanggal 26 Juli 2021

 

Amstrong, Thomas, 2002, Sekolah Sang Juara: Menerapkan Multiple Intelligence di Dunia Pendidikan 2 nd , terjemahan Yudhi Murtanto. Bandung: Kaifa.

Aristoteles, https://sepositif.com/pengertian-logis-adalah-menurut-ahli-ciri-contoh-fungsi-dan-jenis-logis/. diakses tanggal 26 Juli 2021

 

 Bennet, William J, Chester E. Finn Jr., John TE Cribb Jr. The Educated Child. New York: The Free Press.

throught TGwelve 6th Ed. Canada: Wads-wayth.

 

 Berk L. E. dan A. Winsler. 1995, Scaffolding Children Learning: Vygotsky and Early Childhood Education. Washington, DC: NAEYC

 

Brodova, Elena & Leang J. Deborah. 1996, Tool of the Mind. New Jersey: Upper Saddle River. Nash, J.M. Madeleine. 1997. Child Brain. Time Magazine 3rd edition.

 

dr. Thresia Santi, S.P.A, https://www.siloamhospitals.com/Contents/News-Events/Advertorial/2020/10/16/04/04/Golden-Age-pada-Anak-dan-Tahapan-Pentingnya. diakses tanggal 26 Juli 2021

 

Plato,http://repository.uin-suska.ac.id/5956/3/BAB%20II.pdf. diakses tanggal 26 Juli 2021

Mohammad Mustari, , https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-jujur-beserta-manfaat-dan-contoh-penerapannya-dalam-kehidupan-1uR1THw0UhI/full. diakses tanggal 26 Juli 2021

Kompas, https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/28/070000869/kerja-sama-pengertian-bentuk-dan-faktor-pendorong?page=all. diakses tanggal 26 Juli 2021

Mandy Hale, https://www.qubisa.com/article/pengertian-kepercayaan-diri-cara-meningkatkan-rasa-percaya-diri. diakses tanggal 26 Juli 2021

Ida Vera Sophya  , https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/thufula/article/viewFile/4639/2998. diakses tanggal 26 Juli 2021

 



















Komentar